Konsep kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara
saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak
faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian
bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen
atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia
satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Sedangkan Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian
Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan
kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor
endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi
angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti
tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penyuluhan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5
tahun.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan menurunkan angka kematian khususnya
angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan angka kematian balita. Derajat
kesehatan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti budaya, gaya hidup,
tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, dan lain-lain. Faktor budaya
berkaitan dengan kebiasaan penduduk pada umumnya misal; kebiasaan mencampurkan
tempat tinggal dengan tempat binatang ternak, sampah yang dibuang sembarangan,
penggunaan air sungai sebagai sumber air bersih. Sedangkan gaya hidup
menyangkut perubahan perilaku yang massal akibat masuknya nilai-nilai baru yang
dianggap modern seperti merokok, minum-minuman keras, makan makanan fast food;
yang sebenarnya kebiasaan tersebut merupakan gaya hidup yang kurang sehat, atau
lebih mendatangkan penyakit. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
menyulitkan dalam mensosialisasikan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat.
Tingkat ekonomi yang rendah menghambat masyarakat atas akses terhadap
fasilitas-fasilitas kesehatan, dan juga rendahnya tingkat pemenuhan gizi yang
diperlukan tubuh.
Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang
mencerminkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain adalah angka kematian
bayi (AKB/IMR), angka kematian kasar (AKK/CDR), status gizi, dan angka harapan
hidup. Besarnya angka dari indikator tersebut berkaitan erat dengan tingkat
pendidikan keluarga terutama ibu, perilaku hidup sehat, kebersihan, dan
kesehatan lingkungan serta sarana pelayanan kesehatan yang tersedia. Selain
faktor-faktor diatas, tinggi rendahnya AKB juga dipengaruhi oleh masa persalinan,
pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan, serta pemberian imunisasi. Oleh
karena itu, lamanya pemberian ASI dan kelengkapan pemberian imunisasi perlu
diperhatikan. Untuk keperluan pemantauan hasil pembangunan manusia, AKB yang
tinggi mencerminkan banyak hal. Rendahnya tingkat penggunaan maupun pelayanan
kesehatan, kekurangan gizi, kontaminasi lingkungan serta rendahnya pendidikan
para ibu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi AKB.
Bagaimana dengan angka kematian bayi di Kabupaten
Muara Enim ...??, Apakah derajat kesehatan sudah menunjukkan
arah membaik dengan banyaknya upaya yang dilakukan selama ini
baik oleh pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha..???
Upaya peningkatan derajat kesehatan melalui penurunan angka
kematian bayi secara signifikan sangat membutuhkan upaya penajaman pemikiran,
yaitu bagaimana mengintervensi problem-problem kesehatan terutama pada ibu,
bayi dan anak, dengan fokus lebih spesifik diarahkan secara khusus ke
daerah-daerah pedesaan. Dengan cakupan layanan kesehatan yang belum begitu
optimal karena wilayah yang cukup luas, tampaknya diperlukan upaya prioritas
pada daerah-daerah yang memiliki persebaran AKB yang cukup tinggi. Tingginya
angka kematian bayi dan balita tidak dapat dibiarkan begitu saja, mengingat
kelangsungan hidup anak sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di masa
yang akan datang.
Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang tepat untuk
mengurangi angka kematian tersebut. Intervensi yang efektif hanya dapat
dilakukan, jika diketahui faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi
kelangsungan hidup anak. Berbagai studi empiris yang telah dilakukan berkenaan
dengan angka kematian bayi menunjukkan bahwa tidak hanya faktor di dalam sektor
kesehatan, seperti jumlah puskesmas, bidan, dan infrastruktur kesehatan yang
mempengaruhi kelangsungan hidup anak, tetapi juga faktor di luar sektor
kesehatan, seperti tingkat pendidikan orang tua dan tingkat pendapatan rumah
tangga.
Posting Komentar